Produksi Perikanan Budi Daya Capai 5,02 Juta Ton, KKP Optimistis Realisasi Penuh di Akhir 2025 | IVoox Indonesia

December 22, 2025

Produksi Perikanan Budi Daya Capai 5,02 Juta Ton, KKP Optimistis Realisasi Penuh di Akhir 2025

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP  TB Haeru Rahayu
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP TB Haeru Rahayu dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (15/12/2025). IVOOX.ID/Fahrurraz Assyar

IVOOX.id – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat kinerja positif sektor perikanan budi daya hingga kuartal III/2025. Produksi perikanan budi daya nasional tercatat mencapai 5,02 juta ton, atau setara 96,95 persen dari target tahunan sebesar 5,17 juta ton. Capaian ini menempatkan subsektor budi daya pada posisi yang relatif aman untuk mengejar target hingga akhir tahun.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP, Tb. Haeru Rahayu, menyampaikan optimismenya bahwa target produksi tersebut dapat direalisasikan pada kuartal IV/2025. Menurutnya, periode Oktober hingga Desember menjadi fase krusial untuk menyempurnakan capaian yang sudah mendekati target.

“Triwulan keempat itu kan dimulai bulan Oktober, November, dan Desember. Kita tinggal menghitung, mudah-mudahan 5,17 juta ton ini (target produksi perikanan budi daya) bisa tercapai,” kata Haeru dalam konferensi pers capaian kinerja sektor kelautan dan perikanan di Jakarta, Senin (15/12/2025).

Selain produksi ikan budi daya, kinerja positif juga ditunjukkan oleh komoditas rumput laut. Hingga September 2025, produksi rumput laut tercatat mencapai 8,2 juta ton atau sekitar 94,97 persen dari target sebesar 8,63 juta ton. Capaian ini menegaskan posisi rumput laut sebagai salah satu penopang utama subsektor perikanan budi daya nasional.

Dari sisi penerimaan negara, subsektor perikanan budi daya juga mencatatkan hasil yang melampaui ekspektasi. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai 391,55 persen dari target yang telah ditetapkan. Haeru menjelaskan bahwa capaian tersebut bersumber dari optimalisasi kinerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah naungan KKP.

“PNBP kita memang tidak seperti sektor lain, tapi dari hasil samping UPT yang kita miliki, realisasinya sudah bisa mencapai 391,55 persen dari target,” ujarnya.

Lebih lanjut, Haeru menuturkan bahwa pengembangan perikanan budi daya dijalankan sejalan dengan kebijakan ekonomi biru atau blue economy, yang menekankan keseimbangan antara aspek ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. “Filosofis dasar dari konsep blue economy itu adalah ekologi sebagai panglimanya,” kata dia.

Dalam pengembangan usaha, KKP memfokuskan perikanan budi daya pada lima komoditas utama, yakni udang, rumput laut, nila, kepiting, dan lobster. Menurut Haeru, udang menjadi salah satu prioritas karena potensi pasar global yang sangat besar. “Market udang itu luar biasa. Kalau kita ekspor saja nilainya sekitar 1,1 miliar dolar AS sampai 2 sekian miliar dolar AS,” ujarnya.

Untuk mendukung peningkatan produksi, KKP menerapkan tiga pendekatan utama, yakni pemodelan budi daya, revitalisasi tambak, serta penguatan kampung perikanan budi daya berbasis masyarakat. Salah satu contoh proyek pemodelan adalah budi daya nila salin di Karawang, Jawa Barat, yang saat ini telah mencapai lebih dari 80 persen penyelesaian. Selain itu, KKP juga mengembangkan kawasan budi daya udang terintegrasi di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, dengan proyeksi produksi dan penyerapan tenaga kerja yang signifikan.

0 comments

    Leave a Reply